Gema Samudra, Pengetahuan & wawasan, Internasional
Pengetahuan & wawasan | Studi baru oleh tim peneliti internasional berikan wawasan baru atas neenk moyang penduduk di Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah wilayah yang memiliki sejumlah sejarah dan teori yang berkaitan dengan asal-usul penduduknya. Negara-negara seperti Indonesia, Singapura, Myanmar, Vietnam, Thailand, Filipina dianggap sebagai wilayah yang paling beragam secara genetik di dunia.
Namun, setelah melalui kontroversi selama seratus tahun. Sekarang, tim ilmuwan yang terdiri dari 66 penulis di universitas di Eropa, Asia, Jepang, dan Amerika Serikat, telah menemukan jejak asal-usul manusia berdasarkan DNA kerangka berusia ribuan tahun. Mereka menganalisis sampel DNA purba, para ilmuwan sekarang memiliki sedikit kejelasan tentang bagaimana manusia purba pertama kali tiba di Asia Tenggara.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan tidak sepakat tentang bagaimana Asia Tenggara dihuni pertama kali. Sejumlah peneliti percaya bahwa kelompok pribumi pemburu-pengumpul yang disebut Hòabìnhian mengembangkan praktik pertanian sendiri, sekitar 44.000 tahun yang lalu. Peneliti lain berpendapat bahwa para pemburu-pengumpul digantikan oleh petani padi yang bermigrasi dari tempat yang kini dikenal sebagai negara Tiongkok.
“Penelitian kami membentang dari Hòabìnhian ke Zaman Besi dan menemukan bahwa populasi Asia Tenggara saat ini memperoleh keturunan dari setidaknya empat populasi purba,” kata peneliti genetika kuno Fernando Racimo dari University of Copenhagen di Denmark yang terlibat dalam studi yang berjalan selama dua setengah tahun tersebut.
“Ini adalah model yang jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya,” jelasnya. Beberapa sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari The Duckworth Collection, University of Cambridge, merupakan salah satu repositori terbesar dari sisa-sisa manusia.
Analisis dari 26 sampel DNA purba yang dikumpulkan dari sisa-sisa manusia di Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Indonesia, Laos, dan Jepang, menunjukkan kedua teori yang sebelumnya dipertentangkan adalah keliru.
Tidak seperti penelitian perunutan DNA sebelumnya yang dilakukan di daerah tersebut–yang menganalisis fosil manusia dari masa lalu hingga 4.000 tahun yang lalu–penelitian baru ini berhasil diperoleh dari sampel DNA yang dua kali lebih tua (8.000 tahun). Tengkorak dari seorang Hoabinhian dari situs arkeologi Gua Cha, Semenanjung Malaysia. Tengkorak dari seorang Hoabinhian dari situs arkeologi Gua Cha, Semenanjung Malaysia.
Hasil survei genetik, yang diterbitkan dalam jurnal Science, menunjukkan bahwa ada hubungan antara orang-orang Hòabìnhian dan orang-orang Jomon dari prasejarah Jepang– yang berasal dari periode antara 14.000-300 SM. Secara total, dari 26 urutan genom manusia purba yang dipelajari, 25 dari Asia Tenggara, satu dari Jepang, kemudian dibandingkan dengan DNA orang yang saat ini tinggal di Asia Tenggara.
“Kami berusaha keras untuk mengambil DNA purba dari Asia Tenggara tropis yang dapat memberi cahaya baru pada bidang genetika manusia yang kaya ini,” kata Eske Willerslev, pemimpin studi dari University of Cambridge. Hal tersebut diungkapkan karena mengingat kondisi cuaca di daerah tropis membuat pelestarian DNA sangat sulit, maka dibutuhkan keterampilan yang maksimal dari para ahli genetika yang mencoba mengekstraksi sampel DNA tulang purba.
Berujung pada sejarah rumit perpaduan antara kelompok Asia Timur yang berbeda dari manusia modern awal. Peneliti menemukan bahwa Manusia Tianyuan sangat erat hubungannya dengan penduduk modern di wilayah yang termasuk Tiongkok, Jepang dan Korea, serta Asia Tenggara dan Australasia. Namun, Manusia Tianyuan bukanlah leluhur dari populasi tersebut. “Baik pemburu-pengumpul Hòabìnhian dan petani Asia Timur berkontribusi pada keragaman Asia Tenggara saat ini, dengan migrasi lebih lanjut yang mempengaruhi pulau-pulau di Asia Tenggara dan Vietnam. Hasil kami membantu menyelesaikan salah satu kontroversi lama di prasejarah Asia Tenggara.”
Orang-orang Asia Tenggara adalah hasil dari proses yang kompleks, dengan sebanyak empat populasi purba yang berbeda berkontribusi pada sejarah genetik di kawasan ini. Para ilmuwan berharap untuk dapat terus mengungkap misteri sejarah genetik Asia Tenggara seiring lebih banyak sampel DNA ditemukan dari sisa-sisa manusia purba. Sebelumnya sebuah studi terpisah yang dipimpin oleh para peneliti dari Harvard University, yang juga diterbitkan di jurnal Science, turut menggunakan analisis DNA untuk mengonfirmasi bagaimana sejumlah gelombang migrasi besar mempengaruhi susunan genetik orang di Asia Tenggara selama 50.000 tahun terakhir.
Sumber : Artikel Asli/sdr