Tulang Bawang, Lampung- Di balik gemerlap pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang, terselip luka lama yang menggerogoti Desa Katung, perbatasan dengan Kampung Kuala Teladas, Kecamatan Dente Teladas. Luka itu bernama jalan rusak.
Alvian, pelajar di Dente Teladas, merasakan perihnya luka itu setiap hari. Jalan berlubang dan berlumpur menjadi teman setianya saat menempuh perjalanan ke sekolah. “Susah sekali untuk dilalui,” keluh Alvian.
Jalan rusak bukan hanya soal rasa tidak nyaman. Bagi warga Desa Katung, jalan ini adalah simbol keterasingan dan termarginalisasi. Akses ekonomi terhambat, harga panen jatuh, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik terkubur dalam lumpur.
“Kami sudah lama menunggu perbaikan jalan ini,” kata seorang warga dengan nada getir. “Kami mohon kepada pemerintah, tolong bantu kami.”
Seruan pilu warga Desa Katung bagaikan sayup-sayup nyanyian duka di tengah hiruk pikuk pembangunan. Di manakah pemimpin yang berani dan peduli untuk mendengar jeritan mereka?
Di tengah keraguan dan kekecewaan, muncul secercah harapan. Pilkada mendatang menghadirkan peluang untuk melahirkan pemimpin baru yang berani mendobrak tembok kejumudan. Sosok yang bukan hanya pandai berjanji, tapi mampu menerjemahkan kata-kata menjadi aksi nyata.
Mungkinkah pilkada kali ini menjadi titik balik bagi Desa Katung dan rakyat kecil di pelosok Tulang Bawang? Ataukah luka lama ini akan terus menganga, menanti pemimpin yang tak kunjung datang?
Suara Alvian dan warga Desa Katung adalah alarm bagi kita semua. Bahwa di balik gemerlap pembangunan, masih ada rakyat yang tertinggal, menanti uluran tangan pemimpin yang berani dan peduli.(Wi)