PRINGSEWU – (GS) – Keberanian RN mengungkapkan kepada media terkait kejanggalan dalam penyaluran dan pengelolaan bantuan dalam program PKH dan BNPT di Pekon Yogyakarta Induk, Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu, menjadi bahan perbincangan hangat warga setempat, dan keberanian RN mulai diikuti oleh rekan-rekannya sesama KPM.
Beberapa KPM pun meminta kru Media Global Grup untuk bertemu guna menyampaikan beberapa persoalan yang terjadi di Kube tersebut. Dari kesah beberapa kPM tersebut patut diduga bahwa selain menguasai KKS milik KPM secara ilegal, Ketua Kube juga diduga melakukan penggelapan bantuan warga miskin. Selasa (8/9/20).
Dalam pertemuan yang di inisiasi oleh salah satu warga Pekon Jogja tersebut kepada tim media ini, 3 anggota KPM yaitu X, Y dan H mengutarakan bahwa sebenarnya persoalan yang terjadi pada Kube Jogja Jaya bukan hanya sebatas KKS milik KPM yang dikuasai secara ilegal oleh Ketua Kube tersebut, akan tetapi masih banyak kejanggalan lain yang dirasakan oleh anggota KPM yang ada di sekitar.
Seperti yang disampaikan ibu X, mengatakan bahwa Wanti sebagai Ketua Kube Jogja Jaya yang juga pengelola E-warung seringkali meminta ATM (KKS) miliknya dengan alasan untuk memeriksa saldo.
“Seperti saat pencairan beberapa bulan lalu yang nilainya 110 ribu, ATM (KkS) saya diminta olehnya (Wanti) beberapa hari kemudian saya dengar dari sesama KPM kalau dana nya sudah di transfer, saat saya datang ke e-warung minta kartu ATM untuk belanja, dia (Wanti) bilang kalau saldo saya sudah hangus sehingga saya tidak bisa belanja, kemudian yang terakhir kemarin saya dapat informasi lagi dari Kube lain kalau kami dapat bantuan 500 ribu, tapi dia (Wanti) beralasan bahwa kartunya sudah diblokir oleh pusat sehingga tidak ada saldonya atau hilang, kartunya baru kemarin dikembalikan ke saya, mungkin karena masuk berita, ” papar X.
Hal serupa dialami oleh Y, kartu KKS milikya juga dikuasai oleh Wanti dengan alasan yang sama, Y pun menambahkan bahwa E-warung yang dikelola oleh Wanti tidak pernah memberikan slip atau stroke bukti transaksi saat belanja di kube tersebut.
“Tidak dikasih mas prin-prinannya (stroke belanja) kalau toh di kasih besarnya cuman segini,” terang Y sambil menujukan ujung ruas jarinya.
Selain itu lanjut Y, Wanti juga melarang anggota KPM memeriksa saldo di tempat lain,
“Jadi kalau kami ketahuan memeriksa saldo ditempat lain, pasti dia marah dan bukan kami saja yang mengeluh atas persoalan ini masih banyak anggota yang lain yang mengalami karena kami takut mas tapi tidak tahu harus mengadu ke mana,” ucap Y pelan.
Penulis : (Team MGG)