Upaya penanganan sampah di Kota Metro Lazismu mengadakan pelatihan pengelolaan sampah organik. Kegiatan yang diikuti oleh 65 peserta dari seluruh kelurahan ini resmi dibuka oleh Wali Kota Metro.
Dengan harapan besar terhadap transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan. Wali Kota Metro dalam sambutan menegaskan bahwa sebagian besar sampah yang dihasilkan di Kota Metro merupakan sampah organik.
“Namun, hal ini justru menjadi peluang besar bagi masyarakat untuk mengelolanya menjadi kompos, pupuk organik, hingga menjadi usaha produktif berbasis komunitas. Sehingga, pelatihan hari ini menjadi langkah penting. Bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi juga untuk membangun kesadaran bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kita semua,” ujarnya.

Sambungnya, Wali Kota Bambang Iman Santoso juga menekankan pentingnya tindak lanjut dari kegiatan ini agar tidak berhenti pada seremoni semata. Ia berharap hasil pelatihan ini dapat diaplikasikan langsung oleh masyarakat, sehingga pengelolaan sampah tak lagi menjadi momok, melainkan peluang ekonomi yang menjanjikan.
Ketua Lazismu Kota Metro, Bekti Satriadi menyampaikan bahwa keterlibatan Lazismu dalam pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen lembaga untuk menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui pilar lingkungan hidup.

Salah satu inisiatif unggulannya adalah Program Sedekah Sampah, di mana hasil pengelolaan sampah digunakan untuk pembelian kitab suci, alat ibadah, serta mendukung kegiatan keagamaan.
“Komunitas Hijau ini adalah wadah inklusif yang menghimpun siapa pun yang peduli terhadap lingkungan tanpa membedakan latar belakang. Lazismu bergabung sejak awal karena kami percaya kebaikan bisa dimulai dari sampah yang dikelola dengan benar,” jelasnya.
Dengan mengusung tema Lazismu Green Impact: Komposkan Sampah, Hijaukan Bumi, Bantu Sesama’ kegiatan ini diharapkan mampu mengurangi volume sampah di Kota Metro sekaligus meningkatkan nilai ekonomi bagi warga.
“Pelatihan ini akan berlangsung selama tiga bulan dan dibimbing oleh tim dari Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Metro di bawah asuhan Dr. Agus Sutanto, M.Si. Tahap pertama akan difokuskan pada produksi kompos, pupuk cair, dan nikoenzim. Lanjutnya, para peserta akan mempraktikkan ilmu yang diperoleh langsung di lingkungan tempat tinggalnya,” terang Bekti.
Pada bulan kedua, peserta akan mengikuti pelatihan lanjutan tentang budidaya tanaman menggunakan hasil pengelolaan sampah organik tersebut, sehingga manfaat dari pelatihan ini benar-benar dapat dirasakan secara berkelanjutan.

Tak hanya sampai disitu, Ketua Pelaksana menekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya sekadar program, melainkan gerakan kolektif yang mengedepankan nilai-nilai sosial dan ekologis. Serta mengajak seluruh elemen Muhammadiyah, komunitas, serta masyarakat umum untuk mendukung gerakan ini secara aktif.
“Mari jadikan pengelolaan sampah sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan amal kebaikan kita bersama. Semoga pelatihan ini dapat menjadi tonggak perubahan bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan mandiri,” pungkas Bekti. (adv)