Pringsewu| Pemerintah Kabupaten Pringsewu melalui Dinas Kesehatan setempat sosialisasikan pencatatan dan pelaporan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melalu aplikasi Sigizi Kesga. Kegiatan berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 April di aula Regency Hotel serta diikuti 180 bidan desa dan bidan praktik mandiri.
Plt Kadinkes Pringsewu Hasan Basri dalam sambutannya mengatakan, masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih menjadi fokus utama dalam bidang kesehatan. Masalah yang signifikan tersebut meliputi angka
kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta masalah gizi buruk yang berimplikasi pada perkembangan anak.
“Masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia diantaranya yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Akses Layanan Kesehatan, Penyakit Menular dan tidak menular, stunting dan wasting pada balita, ” beber Hasan, Rabu (23/4).
Kemudian, di Kabupaten Pringsewu berdasarkan profil kesehatan tahun 2024 AKI sejumlah 194/100.000, sedangkan AKB 9/1000 kali kelahiran. Selain itu, masalah gizi balita di Indonesia juga masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2023 prevalensi balita wasting sebesar 6,4 %, Underweight sebesar 12,9 % dan balita stunting 21,5%.
” Berdasarkan SSGI Tahun 2023 di Pringsewu, prevalensi balita Wasting sebesar 8,8 % meningkat 2,7 %, balita Underweight sebesar 16,3 % turun 1,1 % dan Balita Stunting sebesar 15,8 %
mengalami penurunan 0,4 % dari Tahun 2022. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada Ibu hamil sebesar 17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%, ” lanjutnya.
Hasan menuturkan, masalah kesehatan ibu dan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor medis, sosial, ekonomi, dan perilaku. Faktor medis meliputi kondisi medis seperti perdarahan, infeksi, dan preeklamsia pada ibu, serta asfiksia, berat badan lahir rendah, dan infeksi pada bayi.
“Faktor sosial dan ekonomi meliputi kurangnya akses ke fasilitas kesehatan, pendidikan ibu, dan status sosial ekonomi keluarga. Faktor perilaku meliputi perilaku ibu selama kehamilan dan persalinan, serta perilaku keluarga dalam merespon masalah kesehatan, ” tambah dia.
Guna mengoptimalkan pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak diperlukan pencatatan pelaporan yang baik. Kemenkes RI melalui Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga di tahun 2025 telah menggunakan aplikasi Sigizi Kesga dalam mengoptimalkan pencatatan pelaporan Program KIA dan Gizi.
“Semoga dengan upaya yang dilakukan ini, pencatatan pelaporan KIA di Kabupaten Pringsewu menjadi lebih baik lagi, ” harap Hasan.
Sementara, Kepala Bidang Kesmas Rahmadi, didampingi Sub Koordinator Kesgagizi Tri Nova menyebut, untuk meminimalisir angka kematian ibu dan bayi, minimal harus melakukan pemeriksaan sebanyak enam (6) kali.
“Pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama oleh dokter dengan USG maupun tanpa USG dan bisa dilakukan di puskesmas. Kemudian pemeriksaan pada trimester kedua minimal dia (2) kali dan pemeriksaan pada trimester ketiga minimal tiga (3) kali, satu (1) kalinya oleh dokter dengan USG maupun tanpa USG, ” sebutnya.
Selain itu, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi perlu sinergitas dan peran lintas sektor serta masyarakat dalam peningkatan pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Pengawasan di tingkat keluarga dan kepedulian masyarakat terhadap ibu hamil terutama ibu hamil beresiko dan mengenali tanda bahaya pada ibu hamil.
“Bagi yang belum memiliki BPJS bisa USG gratis di puskesmas terdekat melalui bidan desa atau koordinator di puskesmas asal memiliki KTP Pringsewu, ” tutupnya.