METRO – Wali Kota Metro Wahdi secara resmi membuka kegiatan panggung apresiasi pejuang pendidikan di Taman Merdeka Kota setempat, Minggu (1/9/2028). Kegiatan tersebut merupakan gagasan pengurus Perempuan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Metro.
Kegiatan tersebut sebagai upaya memperkuat budaya literasi di Bumi Sai Wawai. Selain itu, event tersebut juga sebagai upaya menciptakan ruang apresiasi untuk mengedukasi masyarakat.
Wali Kota Metro, Wahdi menyampaikan apresiasi atas suksesnya pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan yang menumbuhkan literasi di Kota Metro perlu dibudayakan.
“Mudah-mudahan semua pada hari Minggu ini menjadi senang dan ceria, apresiasi yang masih masih ada setinggi-tingginya atas kegiatan ini. Ini adalah suatu kegiatan yang sangat baik sekali, saya tentu menyambut baik panggung apresiasi pejuang pendidikan,” ucap Wahdi dalam sambutannya.
Dirinya juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama membangun Kota Metro serta mengisi kemerdekaan dengan karya hebat.
“Ayo kita bersama bangun kota metro lebih ceria lagi, maju berkelanjutan. Mari kita isi kemerdekaan kita dengan karya-karya hebat kita,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Perempuan PGRI Kota Metro, Atut Dwi Sartika mengatakan bahwa perempuan PGRI Kota Metro berkontribusi mengisi kemerdekaan mewujudkan Metro menuju generasi emas.
“Sebagai bagian dari anak bangsa yang menjadi bagian garda terdepan dalam menjaga idealisme, penjagaan karakter dan ikut membentuk generasi penerus bangsa, kami menciptakan ruang-ruang panggung apresiasi yang mana ini merupakan salah satu bentuk memperkuat budaya literasi di Kota Metro,” kata dia saat dikonfirmasi awak media, Minggu (1/9/2024).
Menurutnya, dengan menghidupkan panggung sederhana apresiasi baca puisi, secara tidak langsung dapat mengedukasi masyarakat dengan melihat bagaimana semangat serta cita- cita yang dibawa para pemimpin yang mengurus kota ini.
“Secara tidak langsung ikut mendorong geliat para warganya untuk gemar membaca dan memperluas bahan bacaan baik pengetahuan umum, keilmuan lain bahkan dunia sastra dan kepenyairan,” ujarnya.
Wanita yang akrab disapa ibu Atut tersebut juga menerangkan bahwa kegiatan tersebut juga melibatkan para guru yang bergembira dengan fashion show bernuansa cinta Indonesia dan karnaval budaya, penggunaan bahan daur ulang dan kontemporer bagi murid.
“Khusus kegiatan ini juga sebagai pemanasan dalam rangka program kerja Perempuan PGRI yang akan menggelar program lanjutan. Sebelumnya pelantikan duta literasi bagi pelajar di kota Metro pada bulan bahasa yang akan datang, dan ikut serta berpartisipasi dalam persiapan pemanasan sebagai tuan rumah Gelar Karya Pendidikan se Provinsi Lampung yang akan di gelar BGP Provinsi Lampung di Kota Metro pada bulan November,” jelasnya.
Tak hanya itu, dirinya juga membiarkan tantangan serta peluang dalam garapan event tersebut. Menurutnya, Kota Metro juga menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan statusnya sebagai kota pendidikan dan literasi.
“Tantangan utama adalah bagaimana mempertahankan kualitas pendidikan di tengah pertumbuhan jumlah penduduk dan keterbatasan anggaran. Selain itu, di era digital seperti sekarang, tantangan dalam menumbuhkan minat baca di kalangan generasi muda juga semakin besar karena mereka lebih cenderung menghabiskan waktu dengan gadget daripada membaca buku,” paparnya.
Meskipun begitu, wanita yang menjabat sebagai Kepala SD Negeri 6 Metro Pusat itu mengungkap sebuah peluang untuk berkembang yang masih sangat besar. Pengembangan teknologi pendidikan dan literasi digital menjadi salah satu fokus yang bisa digarap oleh Kota Metro dalam mempertahankan dan bahkan meningkatkan posisinya sebagai kota pendidikan dan literasi.
“Program-program seperti e-library, platform belajar daring, dan aplikasi literasi bisa menjadi solusi untuk menghadapi tantangan di era digital ini. Metro dengan segala potensi dan infrastruktur yang dimilikinya, telah berhasil membangun identitas kuat sebagai kota pendidikan dan literasi di Lampung,” terangnya.
“Keberhasilan ini tentu saja tidak lepas dari peran aktif pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan yang ada di kota ini. Termasuk di dalamnya kontribusi dan keterlibatan organisasi kemasyarakatan yang salah satu diantaranya keberadaan Peran Perempuan PGRI Kota Metro,” tambahnya.
Guru yang juga merupakan penyair Lampung tersebut menuturkan sejarah dan latar belakang Kota Metro yang telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan dan literasi di Lampung. Menurutnya, reputasi tersebut lantaran Metro telah memiliki sejarah panjang dalam bidang pendidikan yang menjadikannya unggul di antara kota-kota lain di provinsi Lampung.
“Sejarah pendidikan di Metro bisa dilacak sejak masa kolonial Belanda, di mana pendidikan mulai diperkenalkan kepada masyarakat pribumi. Metro tumbuh sebagai salah satu pusat penyebaran pendidikan dasar hingga menengah di Lampung, dengan berdirinya sekolah-sekolah yang diinisiasi oleh pemerintah kolonial dan misionaris,” tuturnya.
“Pasca kemerdekaan Indonesia, peran Metro sebagai pusat pendidikan semakin diperkuat dengan pendirian berbagai institusi pendidikan,” lanjutnya.
Selain itu, menurut penyair dengan nama Adiska tersebut, Metro juga diklaim memiliki infrastruktur pendidikan yang relatif lengkap dan berkualitas. Terdapat banyak sekolah dari tingkat dasar hingga menengah yang tersebar di seluruh wilayah Kota Metro.
“Beberapa sekolah terkenal di Metro bahkan sering menjadi rujukan bagi siswa dari luar kota. Selain itu, Metro juga menjadi tempat berdirinya beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, seperti IAIN Metro, Universitas Muhammadiyah Metro total 14 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Kehadiran perguruan tinggi ini menjadikan Metro sebagai magnet bagi para pelajar dari berbagai daerah di Lampung bahkan luar provinsi untuk menimba ilmu,” ucapnya.
Dirinya juga bahkan menuturkan budaya literasi yang menjadi program pemerintah maupun lembaga di kota Metro. Salah satu program andalannya yaitu Gerakan Metro Membaca yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca di kalangan warga, khususnya anak-anak dan remaja.
“Program ini melibatkan perpustakaan keliling, taman bacaan, dan berbagai kegiatan literasi lainnya yang tersebar di seluruh penjuru kota. Kota ini juga secara rutin menggelar berbagai acara literasi, seperti pameran buku, workshop menulis, serta diskusi sastra yang melibatkan penulis-penulis lokal maupun nasional. Hal ini semakin memperkuat citra Metro sebagai kota yang peduli dengan perkembangan literasi,” bebernya.
Penulis Antologi Puisi berjudul Semacam Cerita Kasih itu juga menerangkan dukungan pemerintah dan masyarakat yang menjadi kunci penting dalam mengembangkan sektor pendidikan dan literasi di Bumi Sai Wawai.
“Berbagai kebijakan yang pro-pendidikan, seperti pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan bantuan bagi keluarga kurang mampu, telah meningkatkan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Di sisi lain, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga sangat tinggi, yang terlihat dari antusiasme orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka,” tandasnya.