Tubaba| Mengusung Tema “Machine of Memory”, Tubaba Art Festival (TAF) ke-9 akan segera dimulai pada 31 Oktober hingga 1 November 2025 mendatang.
Dikutip dari pres rilis Direktur Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara, Rabu (29/10), TAF merupakan festival seni berbasis kreativitas warga yang mengapungkan nilai atau falsafah hidup Tubaba yaitu nemen / kerja keras, nedes / konsisten, nerimo / ikhlas, setara, sederhana, dan lestari (Nenemo SSL).
Berdasarkan sejarahnya, TAF digelar sebagai presentasi akhir dari proses belajar seni untuk warga pada Kelas Kesenian Tubaba (kini Sekolah Seni Tubaba) tahun 2016, hingga kemudian tumbuh menjadi ruang pertemuan / pertukaran antara warga dan seniman lintas disiplin dari nasional hingga internasional.
Festival ini juga seringkali disebut festival kesadaran. Terselengara berkat kerjasama Pemerintah Daerah Tulang Bawang Barat melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dengan berbagai lembaga kebudayaan intedependen, di antaranya Sekolah Seni Tubaba. Sejak tahun 2023, TAF didukung oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia melalui platform Karisma Event Nusantara (KEN).
Tema “Machine of Memory” diartikan ,sebuah metafora tentang bagaimana ingatan dan imajinasi masa depan bekerja dalam lapis-lapis kebudayaan. Kita sering memahami ingatan sebagai sesuatu yang bersifat personal: kenangan masa kecil, cerita keluarga, pengalaman emosional yang membekas. Namun di balik itu, ingatan juga merupakan konstruksi sosial. Ia dijaga oleh bahasa, dipelihara oleh ritual, diturunkan lewat cerita, atau ditanamkan dalam simbol-simbol kolektif. Ingatan bekerja seperti mesin yang merangkai individu ke dalam komunitas, lalu menghubungkan komunitas itu dengan sejarah panjangnya. Tetapi seperti semua mesin, ia tidak pernah bekerja netral. Ada bagian yang disorot, ada yang dipinggirkan, bahkan ada yang disembunyikan. Ingatan kolektif suatu masyarakat kerap ditentukan oleh kekuasaan: arsip yang disimpan negara, narasi sejarah resmi, atau pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Di sisi lain, ada pula ingatan yang hidup di luar institusi—ingatan warga, cerita pinggiran, pengetahuan lokal, atau kisah yang diwariskan lewat tubuh dan praktik sehari-hari.
Festival ini menempatkan semua lapisan itu sebagai bagian dari mesin yang sama, yang selalu bergerak dan tidak pernah selesai. Sejarah, ingatan dan arsip dalam TAF dihidupkan kembali melalui seni hingga menjadi pengetahuan baru yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu sekaligus membaca kemungkinan masa depan.
Sastra tutur masyarakat tiyuh toho di Tulang Bawang Barat misalnya, yang para penuturnya kini sangat terbatas. Dihidupkan kembali sebagai pengetahuan baru lewat pertunjukan teater musikal anak. Atau dalam karya tari misalnya, tapis Megou Pak dengan ragam motifnya tidak hanya berhenti sebagai sesuatu yang dipakai di badan sebagai pakaian wanita tapi juga dipertemukan dengan ingatan tubuh para pemakainya, bagaimana gerak dan identitas tubuh terhubung dengan sesuatu yang membungkusnya.
Ada juga pemeran arsip penyelenggaraan pendidikan karakter nenemo di sekolah se – Tulang Bawang Barat oleh Tubaba Cerdas. Arsip-arsip keluarga dan yang personal dari warga Tubaba juga dilihat ulang, dibaca dan dituliskan sebagai pengetahuan baru lewat pameran seni rupa Sekolah Seni Tubaba. Serta ragam re-aktiviasi arsip lainnya.
Festival edisi ini terasa lebih kuat, karena sebelum seremoni pembukaan, pada hari yang yang sama, Jum’at 31 Oktober), Sekolah Seni Tubaba menggelar Pesta Sastra Tubaba, sebuah platform penguatan Komunitas Sastra yang didukung oleh Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia.
Sekolah Seni Tubaba menjanjikan satu gelaran sastra yang inklusif, bayangkan kegiatan ini dibuka dengan pembacaan puisi mantra ikan, sekaligus penyair yang membacakan puisi mengajak semua warga untuk mancing bersama di sungai kawasan Ulluan Nughik.
Acara lain yang menarik adalah kompetisi baca puisi berhadiah ayam jago. Terdapat dua buku penting yang menjadi materi Pesta Sastra Tubaba, yakni“Rahasia Kesaktian Raja Tua” karya Zen Hae dan “Empedu Tanah” karya Inggit Putria Marga. Dengan para pembicara ahli dibidangya yaitu Arman Az (seorang sejarawan Lampung) dan Hilmi Paiq (Redaktur Budaya Kompas). Kelompok musik Trio Berdua (Bandung) dan Orkes Bada Isya ( Bandar Lampung) turut memeriahkan acara ini. Panitia juga membagikan ratusan buku sastra secara gratis.
Upacara pembukaan akan digelar pada hari Jum’at 31 Oktober jam 4 sore. Akan disajikan tarian kebanggaan warga Tubaba, yakni Tari Nenemo, lalu tari anak dengan pengembangan dari kosa gerak tari tradisional di Indonesia. Tari Tubuh Tapis karya koreografi Ahmad Susantri merupakan tarian kontemporer berdasarkan motif tapis Megouw Pak.
Selanjutnya kita juga akan menikmati berbagai rangkaian gelaran bazar, pameran dan lokakarya, diantaranya: Pasar Jenama (Pameran UMKM Tubaba), Pameran Seni Rupa Disabilitas “SETARA”, Pameran Seni Rupa Sekolah Seni Tubaba, Pameran Arsip Tubaba Cerdas, Lapak Baca dan Kemah Literasi, Workshop Keramik bersama Baskoro dan Studio Tanoh Nughik, lokakarya Sreenprint / Stensil bersama Lowpoop dan Basdarstudio, dan lain-lain.
Hari kedua dimulai dengan “Diskusi Publik Pemberdayaan Ruang Kreatif” bersama Dharma Setyawan (Penggerak Ruang Kreatif Payungi Metro), sedangkan seluruh rangkaian pameran bisa dinikmati hingga sore. Pada sore hari kita dapat menyaksikan pertunjukan musik dari Kelas Musik Sekolah Seni Tubaba serta pertunjukan teater musikal anak “Bunian dan Kisah Kisah Sebelum Tidur”. Pada malam puncak akan tampil tiga kelompok musik yaitu Orkes Gajah Duduk, Orkes Bada Isya dan Banda Neira.
Pada akhirnya Tubaba Art Festival telah tumbuh menjadi laboratorium kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran bahwa seni bukan sekadar hiburan, tetapi cara hidup dan alat berpikir bersama. Seni di Tubaba adalah ruang belajar sosial: tempat warga, anak-anak, dan seniman berbagi, mencipta, dan merawat kehidupan. Melalui “Machine of Memory”, festival ini mengingatkan bahwa ingatan adalah energi kreatif yang menghidupkan masa depan.
Di Tubaba, arsip bukan hanya disimpan, tetapi dihidupkan kembali melalui tari, musik, teater, sastra dan bahasa; menjadi mesin yang menggerakkan imajinasi bersama menuju kehidupan yang setara, sederhana, dan lestari. (*)
Narahubung: 0819 9625 0889 (Ikra)






