Menu

Mode Gelap

Berita Terkini · 8 Jul 2021 19:41 WIB ·

Sempat Drop, Usaha Anyaman Bambu di Tulung Agung Kini Kebanjiran Pesanan


Sempat Drop, Usaha Anyaman Bambu di Tulung Agung Kini Kebanjiran Pesanan Perbesar

Gemasamudra.com

Pringsewu | Tuti (48) warga Dusun IV RT 02 Pekon Tulung Agung, Kecamatan Gadingrejo, kini kebanjiran pesanan kerajinan anyaman bambu.

Setelah sebelumnya sejak pandemi Covid-19 melanda di Indonesia khususnya, usaha yang ia jalani turun temurun dari orang tuanya, sempat drop karena tak laku-laku.

Klik Gambar

Tuti dibantu suaminya menjalankan usaha kerajinan bambu sejak tahun 1992.
Beragam kerajinan bambu yang ia buat, diantaranya kipas, tampah, irik, hingga besek.

“Kalau akhir-akhir ini banyak pesanan untuk wadah parsel dan besek katering,” kata Tuti saat ditemui di rumahnya, Kamis (8/7/2021).

Dalam sehari, ia mampu menyelesaikan 20 buah jenis anyaman.

“Kalau aku apa yang dipesen pelanggan, ya aku coba buat. Kayak ini sekarang aku lagi buat besek parsel sampe 3000 buah untuk hajatan,” jelas dia.

Baca Juga :   Dua Oknum Wartawan di Tubaba Ditangkap Saat Akan Mengisap Sabu di Kontrakan

Kisaran harga anyaman bambu yang ia buat antara Rp1000 hingga Rp25 ribu. Penghasilan kotor Tuti dalam sebulan mencapai 2-3 juta rupiah.

“Rata-rata pembeli pesan via online. Nanti pelanggan tinggal ngirim gambar maunya yang kayak mana. Kalau sudah jadi, saya foto dan saya kasih tahu harganya,” beber Tuti.

Tuti mengaku, selama ini banyak pesanan dari luar Pringsewu. Bahkan pernah dipesan untuk diekspor ke luar negeri.

“Rata-rata si dari Lampung Barat,
ada juga untuk pabrik dari Natar, buat keranjang pengiriman arang untuk dikirim ke luar negeri,” tambahnya.

Baca Juga :   Kunjungan dari SDN 1 Tanjungbaru ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung

Sebelum covid melanda, Tuti memiliki langganan tetap dari beberapa dinas yang ada di Kabupaten Pringsewu.

“Baru-baru pandemi pengaruh sekali, penghasilan menurun karena barang karena gak ada yang beli. Mulai stabil lagi 5 bulan terakhir ini,” lanjutnya.

Bahan baku bambu produksi ia dapatkan dari luar Pringsewu, salah satunya dari Kedondong dan Tanggamus. Per batang bambu yang ia beli seharga Rp20 ribu.

“Kalau ketersedian bambu di Pringsewu sudah berkurang, biasanya dari Pekon Pandansari, tapi bambunya sudah kecil-kecil,” lanjut dia.

Selama pandemi, Tuti mengungkapkan, tidak pernah mendapatkan bantuan usaha dari pemerintah. Hanya saja April lalu, ia pernah mendapatkan bantuan dari Dekranasda Provinsi.

Baca Juga :   Kapolres Pringsewu: Kami Tidak akan Anti Kritik

“Ya saya si cuma berharap banyak yang pesen anyaman saya. Syukur-syukur saya dikasih bantuan alat anyam (pemotong,red), karena selama ini masih manual. Juga dapat alat bor karena selama ini pinjem sama tukang meuble,” harapnya.

Terpisah, Kakon Tulung Agung Darmawan mengaku 80 persen warganya mayoritas menjadi pengrajin bambu. Namun, hanya sedikit yang pemasarannya sampai luar Lampung.

“Di sini banyak pengrajin, ada pengrajin anyaman bambu, makanan ringan dan pernak-pernik. Namun ya itu masih terkendala di pemasarannya. Semoga nanti para pengrajin ini bisa mengekspor hasil kerajinannya,” ucap Darmawan.

Redaksi

Facebook Comments Box

Artikel ini telah dibaca 5 kali

Baca Lainnya

PLT,kakam Tri tunggal jaya salurkan BLT,DD tahap pertama kepada 35 KPM

4 April 2025 - 19:53 WIB

H+4 Idul Fitri 1446H, Pantauan Petugas Pos Pam dan Pos Yan Arus Balik Terpantau Lancar

3 April 2025 - 14:55 WIB

Warga Lampung Timur Apresiasi Open House Bupati Ela Siti Nuryamah Pada Idul Fitri

1 April 2025 - 22:09 WIB

Kodim 0411/KM Beserta Mitra Dan Warga Binaan Melakukan Aksi Donasi Peduli Myanmar

1 April 2025 - 14:52 WIB

Peduli Bencana Myanmar, Kodim 0429/Lamtim Galang Dana

1 April 2025 - 12:00 WIB

Polres Muna Amankan 9 Pemuda Soal Dugaan Penganiayaan Anggota Polsek Tiworo Tengah

31 Maret 2025 - 19:23 WIB

Trending di Berita Indonesia